STRATEGI DAN
PENGEMBANGAN
KORP PERGERAKAN
MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTERI
(KOPRI)
A. STRATEGI DAN PENGEMBANGAN KOPRI
1. Pengantar
Korp PMII Puteri (KOPRI) yang
lahir 25 November 1967 merupakan wadah kader perempuan Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia.Prinsip Kesetaraan KOPRI yang merupakan salah satu bagian
prinsip kesetaraan dalam alquran sebagai khalifatullah fil ardl dan keberadaannnya
menjadi rahmat bagi segenap alam.Karenanya keberadaan KOPRI harus dirasakan
kemanfaatannya tidak hanya oleh kader-kader PMII baik seluruh umat yang ada
dibumi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konteks kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, keberadaan KOPRI diharapkan
mampu menjadi salah satu kelompok efektif yang aktif dalam memberikan
tawaran-tawaran gerakan untuk mengurai persoalan – persoalan yang muncul di
masyarakat misalnya persoalan HAM,
demokrasi, globalisasi, hukum, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan,
kebudayaan, keberagaman dan pluralisme, lingkungan dan yang paling khusus
adalah persoalan gender.
KOPRI harus mampu menjelaskan
dengan lebih gamblang atas proses-proses diskriminasi sosial dan hukum,
subordinasi, pelabelan negatif, kekerasan fisik dan nonfisik, marginalisasi
ekonomi, dan beban ganda yang selama ini di alami perempuan tersebut menjelma
kedalam bentuk kebijakan-kebijakan pemerintah dalam berbagai bidang, tradisi
dan tafsir agama yang masih memiliki
potensi cukup besar untuk dipahami secara bias, Wacana Islam, sebagaimana wacana lainnya (kemanusiaan
misalnya) cenderung mengabaikan eksistensi perempuan (HAM-HAP) serta budaya-budaya populer yang
merasuk lebih dalam dari agama kedalam individu-individu. Kesemua itu
diakumulasikan dalam ketidakadilan yang memang menyatu dalam tubuh perempuan,
ia penerima terendah produksi ekonomi,
non-subyek dalam sistem hukum, ia sasaran penghukuman moral dalam
politik agama, umpan dalam politik media.
Untuk itu, KOPRI akan selalu
melakukan pembacaan kritis dan sensitifitas gender dalam mensikapi
produk-produk kebijakan pemerintah dengan memberikan alternatif-alternatif
berdasarkan tawaran gagasan yang lebih mengakar dan relevan dengan kepentingan
masyarakat khususnya perempuan. Dan pembacaan yang kritis adalah pembacaan yang
bersifat multidimensi dan berkelanjutan, karenanya KOPRI Membutuhkan dukungan
moral, politik sekaligus intelektual khususnya dari PMII sebagai induk gerakan
agar setiap pilihan gerakan yang diambil KOPRI nantinya akan saling menguatkan
dan sinergis dengan granddesign yang
telah dirancang PMII dalam melihat persoalan masyarakat, negara dan dunia.
Alternatif-alternatif gagasan
yang mengakar dan relevan kepentingan perempuan, akan KOPRI munculkan dengan
didahului oleh pembacaan persoalan tingkat lokal dengan intensif dan
argumentatif untuk kemudian ditarik menjadi kebutuhan bersama ditingkatan yang
lebih luas, sehingga KOPRI yang notabene merupakan sebuah institusi pengkaderan
berbasis kader perempuan di PMII tidak terjebak pada isu-isu sporadis yang
menghabiskan energi dan menghabiskan tujuan organisasi dalam jangka panjang.
KOPRI melihat bahwa perbagai
persoalan perempuan yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan, baik
persoalan internal maupun eksternal, harus dilihat dengan satu kesepahaman
bahwa selain sebagai sebuah pengetahuan yang terus bergerak dan berkembang,
jender dan atau feminisme harus menjadi inspirasi gerakan untuk mengurai
persoalan perempuan tersebut.
PENGEMBANGAN
INTERNAL KOPRI
Gerakan massif tersebut membutuhkan penguatan internal,
menurut Saskia Eleonora Wieringa defenisi yang komprehensif tentang “gerakan
perempuan” sangat sukar, karena gerakan perempuan tidak pernah bicara dalam
satu bahasa. Tetapi ia memberikan masukan bahwa ; Gerakan perempuan dapat
dilihat sebagai spektrum menyeluruh dari perbuatan individu atau kolektif
secara sadar atau tidak sadar, kegiatan, kelompok atau organisasi yang
berperhatian terhadap berkurangnya berbagai aspek subordinasi gender, yang
dipandang sebagai berjalinan dengan penindasan lainnya, seperti misalnya yang
didasarkan atas preferensi kelas, ras, etnis, umur dan seks.
Organisasi
adalah sekumpulan individu yang mengorganisir diri bersama untuk mencapai
tujuan atau cita-cita bersama pula.Organisasi memungkinkan sekelompok individu
(masyarakat) dapat mencapai hasil yang sebelumnya tidak bisa dicapai jika
dilakukan oleh individu secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, organisasi
merupakan satu unit yang terkoordinasi yang diperlukan sebagai wadah dan alat
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dari sebuah gerakan yang akan
dilakukan.
Organisasi menjadi cukup strategis,
karena dalam sebuah organisasi terdapat sistim yang mengatur bagaimana strategi
dibangun, kepemimpinan bekerja dan mekanisme diatur.Jadi, gerakan betul-betul
terarah dan terpimpin.Dan, semua elemen-elemen penting dalam organisasi
tersebut, (tidak perduli apakah organisasinya besar atau kecil) semua elemen
itu harus dikelola.Pengelolaan terhadap elemen-elemen organisasi itu disebut
manajemen organisasi dan ketika menetapkan organisasi sebagai media gerakan,
kitapun harus menatanya sebagai organisasi gerakan.Individu yang bertugas
mengelolanya disebut Manajer Organisasi dan peran ini melekat dalam diri para
pengurus organisasi.
a. Peningkatan
Sumberdaya Manusia
Dalam
Konteks internal, salah satu hal yang bisa dianggap sebagai keberhasilan dari
pengkaderan KOPRI adalah munculnya kader-kader perempuan PMII sebagai
tokoh-tokoh yang mempengaruhi jalanya perubahan baik dalam konteks lokal maupun
nasional dan internasional. Alumni KOPRI atau perempuan yang dimiliki PMII yang
tersebar di seluruh Indonesia, merupakan satu kekuatan jaringan pengetahuan dan
sosial ekonomi politik yang harus bisa dibangun untuk mempercepat proses munculnya
tokoh-tokoh perempuan dikemudian hari karena tingkat persaingan yang memang
semakin keras.
1.
Menjadikan
KOPRI sebagai kawah candradimuka yakni tempat pengkaderan dan penggodokan kader
perempuan PMII.
2.
Dilaksanakannya
Kaderisasi guna menunjang kaderisasi Formal yakni Sekolah Kader KOPRI (SKK), Workshop
Kepemimpinan, Pelatihan Analisis anggaran, analisis Media, Publik Speaking, TOT
dll.
3.
Adanya
klasifikasi Potensi Kader dan dikembangkan melalui kaderisasi.
4.
Adanya
distribusi kader sesuai dengan potensinya masing-masing.
a. Penguatan
Institusi KOPRI
1.
Adanya
visi gerakan bersama “Membangun Sinergitas; Mengawal kepemimpinan Perempuan
Nusantara”
2.
Adanya
Institusi KOPRI disetiap level kepengurusan.
3.
Adanya
SDM pengurus yang memadai sesuai dengan potensi dan tugasnya.
4.
Adanya
sinergitas gerakan yang mendukung pengembangan organisasi dari pusat sampai
daerah.
5.
Adanya
komunikasi yang baik guna mendorong solidaritas Gerakan.
6.
Adanya
Peraturan Organisasi
b. Penguatan
Jaringan alumni perempuan PMII
Dalam Konteks internal, salah satu
hal yang bisa dianggap sebagai keberhasilan dari pengkaderan KOPRI adalah
munculnya kader-kader perempuan PMII sebagai tokoh-tokoh yang mempengaruhi
jalanya perubahan baik dalam konteks lokal maupun nasional dan internasional.
Alumni KOPRI atau perempuan yang dimiliki PMII yang tersebar di seluruh
Indonesia, merupakan satu kekuatan jaringan pengetahuan dan sosial ekonomi
politik yang harus bisa dibangun untuk mempercepat proses munculnya tokoh-tokoh
perempuan dikemudian hari karena tingkat persaingan yang memang semakin
dinamis.
c.
Penguatan ideologi dan paradigma
KOPRI PB PMII merupakan wadah
pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi kader dan
mengawal isu-isu perempuan. KOPRI PB PMII memiliki Paradigma Kritis
Transformatif (PKT) dalam melihat realitas kebangsaan dan berpijak pada Ahli
sunnah Waljama’ah. Selain itu memandang bahwa: Berbagai bentuk penindasan dan
ketidak adilan terhadap perempuan berakar pada adanya cara berfikir dan
bertindak yang merendahkan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan. Oleh karena
itu, harus ada perubahan cara berfikir dan bertindak bersama secara sadar dan
terorganisir untuk menegakkan kembali martabat dan kemanusiaan tersebut melalui
proses penyadaran ditingkat mahasiswa dan semua elemen masyarakat.
Selain
itu kita memandang bahwa “Tindakan bersama secara sadar dan terorganisir dari
kaum perempuan (sebagai pemilik kepentingan) untuk bebas dari berbagai bentuk
penindasan dan ketidakadilan yang berakar dari adanya perendahan martabat
kemanusiaan kaum perempuan, Karena Berbagai bentuk penindasan dan ketidak
adilan terhadap perempuan berakar pada adanya cara berfikir dan bertindak yang
merendahkan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan. Sehinga harus ada
perubahan cara berfikir dan bertindak bersama secara sadar dan terorganisir
untuk menegakkan kembali martabat dan kemanusiaan tersebut melalui proses
penyadaran ditingkat mahasiswa dan semua elemen masyarakat. Melalui pemahaman
gerakan yang berlandaskan aswajah dan
Berwawasan perspektif gender dengan mendorong gerakan kesetaran dan
kesadaran gender ditingkatan mahasiswa dan masyarakat.
Dengan
landasan Aswaja sebagai kerangka operasional dan kesadaran liberatif PMI,I maka
akan terbentuk kader perempuan PMII yang mampu mengekspresikan nilai dan
pengetahuan yang sama yang berasal dari manapun dengan artikulasi diri yang
optimal tanpa halangan konsepsi ekonomi, politik, dan budaya yang membatasi
peran.
Olehnya,
dengan meminjam teori jurgen Hubermas tentang “public sperare”, maka kader
perempuan PMII didorong untuk mencapai pemenangan war of position dengan tetap menghargai harmoni kultur. Olehnya
akan tercipta kader perempuan yang memiliki kesadaran kritis, pola kaderisasi
yang menciptakan identitas dan citra diri kader yang cerdas, visioner dan
berakhlaqul kharimah, memiliki karakter yang kuat serta pijakan gerakan pada
Aswaja dan kearifan lokal.Penguatan Indeologi ini harus semakin diperkuat dalam
setiap kaderisasi dan menjadi Ruh Gerakan.